Pengikut

Minggu, 11 November 2012

resensi buku

habis Gelap Terbitlah Terang
karya R. A. Kartini (Part 1; sebuah pengantar)

Jika kita sudah insaf apa-apa sebabnya kita menghormatinya, menjadi lebih teranglah dan jelaslah cita-citanya dan wujud rupa kehormatan kita kepadanya yang sepantasnya, tahulah kita bagaimana sebenarnya memuliakannya.

Karena tahu diarti sabar dan tawakal itu, pandailah dia menahan hati, pandailah ia melihat kebaikan adat istiadat bangsanya dan agama bangsanya itu. “Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami”. (Surat kepada Tuan E. C. Abendanon, 15 Agustus 1902) “Sudah jauh dan lama sangat kami mencari dan kami tiadalah tahu, amat dekatnya, senantiasa pada kami barang yang kami cari itu, ada di dalam diri kami sendiri”. (Surat kepada Nyonya van Kol 21 Juli 1902) Insaflah pula dia, bahwa perempuan itu baru dapat mempunyai cita-citanya jika dia ada di sisi kaum laki-laki.

Kartini bukan saja berubah dalam rohaninya, bukan saja berubah melainkan juga menjadi masak, berubah semangatnya, maka hal-hal yang dahulunya dicacinya, dipandangnya rendah, kurang dihargainya, menjadi berubah di pandangnya, “Yang berubah itu sebenarnya di dalam diri kami, maka disinarinyalah segala yang ada dengan cahayanya”. (Surat kepada Nyonya Ovienk-Soer, Oktober 1900).

Dan celaan terhadap agama itu sebenarnya adalah suatu bukti, bahwa ada hasratnya akan kebenaran, karena katanya sendiri, “Sudah kami dapatlah Dia, yang bertahun-tahun lamanya didahagakan oleh jiwa kami dengan tiada setahu diri”. (Surat kepada Tuan E. C. Abendanon).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar