habis Gelap Terbitlah Terang
karya R. A. Kartini (Part 1; sebuah pengantar)
Jika kita sudah insaf apa-apa sebabnya kita menghormatinya, menjadi
lebih teranglah dan jelaslah cita-citanya dan wujud rupa kehormatan kita
kepadanya yang sepantasnya, tahulah kita bagaimana sebenarnya
memuliakannya.
Karena tahu diarti sabar dan tawakal itu, pandailah dia menahan hati,
pandailah ia melihat kebaikan adat istiadat bangsanya dan agama
bangsanya itu. “Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat,
tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami”.
(Surat kepada Tuan E. C. Abendanon, 15 Agustus 1902) “Sudah jauh dan
lama sangat kami mencari dan kami tiadalah tahu, amat dekatnya,
senantiasa pada kami barang yang kami cari itu, ada di dalam diri kami
sendiri”. (Surat kepada Nyonya van Kol 21 Juli 1902) Insaflah pula dia,
bahwa perempuan itu baru dapat mempunyai cita-citanya jika dia ada di
sisi kaum laki-laki.
Kartini bukan saja berubah dalam rohaninya, bukan saja berubah melainkan
juga menjadi masak, berubah semangatnya, maka hal-hal yang dahulunya
dicacinya, dipandangnya rendah, kurang dihargainya, menjadi berubah di
pandangnya, “Yang berubah itu sebenarnya di dalam diri kami, maka
disinarinyalah segala yang ada dengan cahayanya”. (Surat kepada Nyonya
Ovienk-Soer, Oktober 1900).
Dan celaan terhadap agama itu sebenarnya adalah suatu bukti, bahwa ada
hasratnya akan kebenaran, karena katanya sendiri, “Sudah kami dapatlah
Dia, yang bertahun-tahun lamanya didahagakan oleh jiwa kami dengan tiada
setahu diri”. (Surat kepada Tuan E. C. Abendanon).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar